June 19, 2013

Langit.

Rindu hadir, perlahan-lahan menyusup ditengah kepasrahan hati.
Awan berlarian, kemudian melukis langit dengan begitu indahnya.
Menciptakan imaji indah akan adanya sebuah pertemuan.
Sebuah pertemuan di langit? tanyamu.
Aku tak menjawab, begitupun dengan awan itu.
Hanya tersenyum. Senyum yang mengisyaratkan sebuah arti: bahwa segala sesuatu yang nampaknya mustahil, dapat saja terjadi.
Kau tersenyum. Aku sudah tersenyum lebih dahulu.
Tak lama berselang...
awan-awan putih bersih yang melukiskan langit dan menciptakan senyum itu pergi,
digantikan dengan awan-awan hitam yang jahat dan membuat langit tak terlihat lagi indahnya.
Awan-awan hitam itu tidak sendiri.
Mereka membawa serta petir dan kilat, yang semakin menambah semarak langit itu.
Semarak luka.
Para penikmat langit menggerutu dan mengeluh.
Mereka benci awan-awan hitam itu.
Awan-awan yang merebut keindahan langit dan menggantinya dengan pemandangan yang menakutkan dan mengoyak hati.
Oh, sesungguhnya, mereka hanya tak tahu; awan-awan hitam itu hanya ingin menangis.

Ah. Aku hampir lupa..
Sekarang, bagaimana dengan aku dan kau?
Masihkah rindu akan menorehkan sebuah cerita di langit?
Kalau untukku,
Aku tak peduli apakah langit sedang indah dengan awan-awan putih bersih, atau langit sedang mengerikan dengan awan-awan hitam menakutkan. Ada satu hal yang tetap sama: aku merindukanmu.
dan aku tahu pasti, kita akan bertemu di langit.
Dengan atau tanpa awan-awan pembawa luka.
Aku tersenyum, kau tersenyum.

Ditengah keindahan bukit,
2013.

No comments:

Post a Comment