November 16, 2014

Puzzle dan kita

Halo, Yos.
Ga terasa ya, kita udah bareng selama kurang lebih 400 hari.
Senengnya, sedihnya, jayusnya, ketawanya, garingnya, romantisnya, semua kebersamaannya..,
do you know? All of the moments make me love you more and more, day by day.
Terkadang, ada saat dimana aku bener-bener ngerasa kita sama sekali ga cocok dalam segala hal (I know you do feel the same way too, sometimes! Hehe).
Tapi mau tau ngga yang jauh lebih sering aku pikirin? Kamu dan aku yang saling mengerti satu sama lain.
Pernah denger filosofi tentang puzzle ngga? Kita semua tau kalo puzzle itu ga akan menyatu kalau sisi yang di-matched memiliki ruas dan bentuk yang sama. Sebaliknya, kumpulan pembentuk puzzle bakal menyatu kalau mereka punya sisi yang berbeda satu sama lainnya; saling melengkapi, mengisi setiap sisi yang kosong.
Itulah yang kira-kira bisa aku gambarin tentang kita.
Ada begitu banyak ruang berisi perbedaan diantara kita berdua, Yos. Perbedaan yang terkadang membuat perih, memicu airmata untuk turun.
Tetapi kemudian aku sadar, hidup bukan hanya tentang senang dan bahagia saja.
Kesedihan juga bagian dari hidup yang tidak akan pernah bisa kita hindari.
Jadi, kupikir, mengapa tidak kita nikmati saja.
Lagipula, selama kurang lebih 400 hari ini, aku merasakan jauh lebih banyak kebahagiaan.
Bagaimana tidak? Aku pernah mendengar sebuah quote dari salah satu film favoritku, Moulin Rouge, yang bilang,
"the greatest gift you'll ever learn is to love and be loved in return."
Disayangi juga oleh orang yang kita sayang, untukku, sudah lebih dari cukup.
Jadi, anggaplah kesedihan-kesedihan itu sebagai pelengkap (bahkan juga pemanis) yang justru menambah warna-warni perjalanan kita.

1 year, and still counting.
Aku sayang kamu.