July 12, 2012

Prinsip?

Perasaan memang tidak bisa dibohongi. Sama sekali tidak bisa.
Tapi bagaimana kalau perasaan disini, perasaan sayang tepatnya, harus dikikis karena perbedaan prinsip? Dikikis loh. Coba bayangin. Misalnya nih ada kayu, terus harus dikikis pakai pisau yang tajam. Ngilu kan ya, dengernya? Bayangin kalau itu terjadi sama kita. Sakit, pastinya. Berat? Sangat. Bayangkan bagaimana seseorang bisa menjadi sangat berarti. Kehadirannya disekitar kita hampir dapat dipastikan selalu membuat dada berdebar-debar. Melihatnya dari kejauhan saja, mungkin sudah membuat kita senang. Oh, tidak. Bahkan saat kau baru mulai memikirkannya, dapat dipastikan bibirmu akan membentuk sebuah senyuman, meskipun kecil. Bagaimana seseorang bisa begitu berarti untukmu.., adalah perasaan yang seakan tak dapat kau sangkal lagi.

Tapi lagi-lagi, prinsip "menghancurkan" segalanya. Anganmu bersamanya? Haha, terimalah dengan hati lapang: mungkin angan itu akan tetap menjadi angan. Ya, angan yg tidak akan berubah menjadi kenyataan. Hmm. Miris, ya? Perasaanmu harus "dipaksa" untuk dikubur kembali, karena prinsip. Sabar, ya. Kau harus kuat. Kita dilahirkan kuat. Dan hampir kebanyakan dari kita pasti juga dididik menjadi pribadi yg tangguh dan kuat. Jadi, tidak ada yang tidak mungkin. :) Seseorang pernah mengingatkanku, "kau bisa menghilangkan perasaanmu. Mumpung masih "benih". Belum "berbunga dengan mekar". Sayang kan membuang bunga yang sudah mekar? Jadi, lebih baik, buang dulu benih nya. :)" Semua itu benar adanya. Sulit sih. Mungkin ada diantara kita yg berfikir, "susah ngelupainnya. Susah." Dan sudah pasti, tidak semua pribadi memiliki perasaan yg masih berupa "benih". Mungkin jauuuuh lebih banyak yang perasaannya sudah seperti "bunga yg mekar". Ya, "perasaan-bunga-mekar" itu mungkin bisa diartikan sebagai perasaan yg sudah teramat dalam. Pasti terbayang bagaimana sulitnya melupakan. Tapi pertanyaannya sekarang, belum dicoba kan? Akan bisa kok, kalo usaha, kalo dicoba, mau selama apapun itu. Mungkin, luka yang akan kita dapatkan karena mengikis perasaan itu tidak akan seperti paket TIKI, bisa "pergi" secepat kilat. Tapi balik lagi, tidak ada yg tidak mungkin kan? Tuhan juga takkan membiarkanmu merana sendiri dikamarmu, merenungi nasib, "kenapa aku dan dia berbeda?". Kalau kau percaya, Tuhan sudah siapkan siapapun itu yg akan menjadi pasanganmu kelak. Yang sepadan. :) Jadi, jangan khawatir.

Oh, mungkin aku terlihat seperti seorang yang kelewat optimis sekarang. Tapi ini keyakinanku. Toh, kita berproses kan? Selamat berjuang, teman-teman yg merasa perlu berjuang untuk memilih: prinsip atau perasaan. :)