December 15, 2014

Love is (not) that simple.

Satu-satunya perasaan yang dapat dipastikan muncul adalah perasaan bahagia, ketika kita mencintai seseorang dan dia pun mencintai kita.
Sayangnya, perasaan indah nan membahagiakan itu tidak pernah sesederhana itu.
Bagaimana menyatukan dua hati, dua sikap, dua karakter, dua kepribadian, dua kebiasaan, yang berbeda, adalah hal yang tampaknya mustahil untuk dilakukan dengan sempurna, oleh pasangan yang (memang terlihat) sempurna sekalipun.
Manusia memiliki ego, dimana keinginan untuk menyatukan yang berbeda tentu saja sangat besar; menyatukan, dengan harapan dapat menyamakan/membuat menjadi seiring. Karena, meski berbeda itu indah, kau takkan dapat menyangkal pemikiran bahwa yang sejalan mungkin saja lebih baik pasti terlintas juga dipikiran.
Bagaimanapun, bahagia itu tidak pernah berjalan sendiri. Dan yang bahagia, belum tentu berjalan mulus dan lancar seperti berkendara di jalan tol. Bersyukurlah, karena sebagai manusia, Tuhan juga menciptakan perasaan (empati, simpati, dan nurani), yang mampu membuatmu tetap berjalan diatas ego yang terus menolak untuk diam. Perasaan-perasaan itu adalah anugerah, yang membuatmu bertahan, tetap tulus, dan terutama, tetap merasa bahagia. Jadi, meskipun kau berjalan di jalanan berbatu, perasaan-perasaan itu senantiasa menguatkanmu, membuatmu tetap hidup, membuatmu tetap tersenyum.
Itulah mengapa cinta tidak pernah sederhana; ia berharap, berkorban, berusaha, menangis, tertawa, terkadang naif.
Ya, ia memang tidak pernah sederhana, namun membahagiakan.