February 14, 2012

Love Never Fails!

Title diatas merupakan judul dari sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Brandon Heath, seorang musisi Kristen kontemporer.
Liriknya sangat menginspirasi. Lagu ini menceritakan kepada kita, bahkan meyakinkan kita bahwa Kasih tidak pernah gagal. Kasih selalu "memegang" tangan kita.
Valentine disebut-sebut orang sebagai hari kasih sayang. Namun untukku, valentine bisa dirayakan kapanpun, setiap hari.
Pertanyaannya, sudahkah kita menebar kasih kepada setiap orang disekitar kita? Maukah kita dengan tulus melakukannya?




Happy Valentine's Day!
God loves us.

February 13, 2012

the greatest longing ever

Hai, apa kabar?
Besok valentine, ya? Okay, aku tahu, memang tidak ada yang berubah.
Tidak akan ada.
Aku tetap disini, dan kamu juga tetap sibuk dengan kuliah dan tugas-tugasmu disana.

Siang tadi, aku bertemu salah satu temanku. Ncha namanya.
Kami bercerita.
Rencananya, malam ini atau besok, dia akan pergi ke Yogyakarta.
Yogyakarta. Ah, kota yang sering bermain-main dipikiranku sejak hampir dua bulan belakangan ini.
Itu semua karenamu.
Karena kamu ada disana.
Kalau tidak ada kamu, mungkin aku tidak akan se-tidak-biasa ini jika mendengar kata "Yogyakarta".
Balik lagi ke cerita Ncha.
Dia bilang, dia kesana modal nekat. Aku sedikit terkejut saat dia mengatakannya tadi.
Ya, ayah-ibu nya nggak tahu dia akan pergi kesana.
Mungkin, yang ayah-ibu nya tahu hanyalah: anakku di Jatinangor, menunggu masuk kuliah seminggu lagi. Baiklah, semoga ia baik-baik saja.
Aku memang tidak bisa membayangkan, apa jadinya kalau ayah-ibu nya tahu kalau ternyata Ncha pergi ke Yogya?
Tapi ya sudahlah. Dibalik semua hal yang kuanggap sedikit keliru ini, aku hanya berharap bahwa semuanya memang akan baik-baik saja.
Ncha pergi kesana untuk bertemu pacarnya. Valentine bareng, mungkin itu juga menjadi salah satu tujuannya.
Dia bahkan sempat mengajak aku, "ayo, Nes, mau ikut? Biar ketemu pacarnya juga." dan aku cuma bisa meringis dan berkata, "haha, mendadak gini, ngga akan boleh sama mama papa." kemudian melanjutkan di dalam hati, aku belum se-berani kamu, Ncha.
Aku tersenyum. Andai saja aku sedikit lebih berani.
Dan pada akhirnya, aku cuma bisa mohon-mohon ke Ncha untuk sampein salamku ke kamu kalau dia ketemu kamu di Yogya nanti. Konyol memang permintaanku, tapi entahlah, itu terlintas begitu saja tadi.

Selesai mendengar ceritanya, aku teringat kamu. Tidak, bahkan sebelum dia menyelesaikan ceritanya.
Teringat kita.
Tentu akan menyenangkan ya, kalau besok aku bisa merayakan valentine bareng sama kamu.
Ah, aku jadi ingin menangis.
Teringat libur-50-hari ku yang banyak kuhabiskan untuk membaca buku, taking tea and cappuccino, menulis, belajar nyetir, dan bantuin mama masak.
Haha. Ncha aja sampai bingung, saat tadi dia bertanya apakah selama liburan ini aku ketemu kamu atau nggak, dan aku jawab nggak. Aku jadi teringat percakapan kami tadi,
"Nes, libur lama lho ini. Kamu ngga ketemu dia sama sekali?" Aku hanya tersenyum dan bilang, "ngga, Ncha."
dan meluncurlah alasan ceroboh yang membuat aku ngga bisa ketemu kamu itu. Ya, rasa segan dan tidak berani -ku yang berlebihan itu.
Alasan yang bahkan sempat membuat kamu kecewa (aku tahu itu). Hehe. Ncha juga sedikit menyayangkan alasanku itu.
Namun dari semua ini aku belajar bahwa, keberanian itu perlu dipupuk, dan semua itu butuh proses.
Kenyataan bahwa aku belum begitu berani "memperjuangkan" semuanya, kuakui benar.
Kecewa? Sangat. Aku pun bertanya-tanya pada diriku sendiri, kenapa kamu seperti ini? dan aku masih mencari jawabannya sampai sekarang.
Entahlah. Maafkan aku masih seperti ini, aku belum tahu kapan aku baru akan berani untuk menyatakan ketegasanku ini. Yang jelas, aku mencoba. Kamu percaya itu, kan?
Sekali lagi, maafkan aku.

Baiklah, valentine kita mungkin bisa aku artikan seperti ini: hari-biasa-yang-tidak-cukup-berarti. Tidak ada coklat, tidak ada pertemuan, tidak ada bunga mawar, tidak ada genggaman tangan, tidak ada tempat untuk kita bisa makan bersama, tidak ada aku dan kamu.
Yang ada hanyalah jarak Bandung-Yogyakarta yang cukup menyiksa ini.
Yang ada hanya harapan bahwa kamu akan datang kembali di mimpiku malam ini.
Kemudian aku membayangkannya. Di mimpi itu, semua angan dan khayalan ku menjadi kenyataan, dan terciptalah valentine kita: ada coklat, ada pertemuan, ada bunga mawar, ada genggaman tangan, ada tempat untuk kita bisa makan bersama, ada aku dan kamu.
Tidak ada jarak Bandung-Yogyakarta. Hanya ada kita.
Oh, aku merindukanmu. Bagaimana denganmu?
Apakah kau merasakan hal yang sama?

Happy Valentine's Day untuk kita berdua.
Andai saja bisa, tentu aku ingin mengatakan Happy Valentine's Day! ke kamu setiap hari. Karena hari kasih sayang bukan cuma miliknya 14 Februari, tapi milik semua hari.
Semua hari yang sudah kulewati dengan menyayangi kamu,
dan semua hari depan yang baru akan kulewati (juga) dengan lebih menyayangi kamu.
Tuhan sayang aku dan kamu.


P.S: Makannya dijaga, obat jangan lupa diminum. Aku bakal makin sedih kalo ntar tahu obat kamu udah habis tapi perut kamu masih nggak beres.
Get well soon.


Feb 13th, 2012
my room,
22:17

February 9, 2012

Rain

Melihat hujan, tentu menyenangkan.
Hujan yang tidak terlalu deras, angin yang berhembus pelan dan perlahan, dan tanpa petir.
Apalagi jika kita menikmatinya ditemani teh atau cappuccino, buku, dan lagu-lagu teduh yang mengalun perlahan-lahan.
Yang kudapat jika ada di dalam suasana seperti itu hanyalah kenyamanan dan ketenangan yang tidak bisa ditandingi oleh apapun. Surga dunia, itu kesimpulanku.
Aku memang tidak tahu surga yang sebenarnya itu seindah dan se-menyenangkan apa (tapi aku yakin pasti sangat-sangat menyenangkan!), dan surga dunia versiku, adalah saat dimana aku merasakan situasi yang sudah aku sebutkan diatas.
Bagaimana dengan kalian? Keadaan seperti apa yang menjadi surga untuk kalian?

Dan, kali ini berbeda.

Siang sampai sore ini hujan.
Ya, hujannya deras sekali.
Dan hujan ini membawa serta teman-temannya juga: petir dan angin kencang.
Tiba-tiba, aku mules. Selalu.
Setiap melihat hujan dan angin kencang, perut ini rasanya seperti ditusuk-tusuk, sakit sekali.
Entah kenapa. Mungkin ini adalah efek dari pengalaman traumatis yang pernah aku alami saat badai di Malaysia beberapa tahun lalu.
Kejadian itu membekas. Bahkan selalu membayangi layaknya hantu yang senengnya ngejaaar aja terus.
Well, aku emang nggak tahu pasti apa iya hantu itu beneran ngejar atau gimana, cuma dari banyak hal tentang itu yang selama ini aku denger dan tahu, ya, rasanya ketakutanku bisa digambarkan seperti itu.
Jadi, jangan ditanya, kalau setiap hujan disertai angin kencang dan petir, bisa dipastikan wajahku akan pucat dan keringat dingin mengalir di pelipisku. Bahkan terkadang, tangisan kecil juga akan terdengar.

Kejadian ini adalah kejadian biasa (yang hampir selalu terjadi), namun sesungguhnya menyiksa.
Ya, menyiksa. Kenapa?
Karena berada di dalam situasi seperti ini, ada di dalam sebuah ketakutan, menurutku, adalah salah satu hal yang paling tidak diinginkan manusia untuk terjadi di dalam hidupnya.
Meskipun ini kelihatannya adalah ketakutan yang sepele dan tidak harus dipermasalahkan, tapi yang namanya ketakutan, tentu harus digantikan dengan keberanian, bukan?
Bayangkan, bagaimana jika hidup kita terus-menerus dibayangi oleh hal-hal yang seharusnya tidak perlu kita pikirkan?

Baiklah, dan sekarang, ada yang tahu bagaimana caranya mengatasi ketakutan?
Ada yang tahu?
Jawabannya (mungkin) adalah,
saat kita menyadari bahwa Tuhan lebih besar dari ketakutan kita.
Aku tidak tahu. Belum, tepatnya.
Masih terus berusaha untuk "menanam" pernyataan itu secara pribadi di dalam hati.
Pernyataan sederhana, namun aku percaya bahwa sebenarnya betapa besar makna yang terkandung didalamnya:
Tuhan lebih besar dari ketakutan kita.
Setuju?