September 8, 2015

LOLOS SNMPTN: 4 years passed!

Jadi ternyata, kemarin, 9 Juli 2015, adalah pengumuman SBMPTN 2015 (dulu jaman saya namanya SNMPTN Tertulis).
Sangat tidak terasa, 4 tahun berlalu sudah, sejak saat dimana saya dan ratusan ribu (calon) mahasiswa menanti-nanti pengumuman SNMPTN Jalur Tertulis di Website www.snmptn.ac.id.
30 Juni 2011 waktu itu, tepatnya.
Dan lucu kalo inget kondisi saya yang waktu itu sedang berada di 'pedalaman', desa Amurang Pinontakan Pontak, dua sampai tiga jam perjalanan dari Kota Manado. Bisa dibilang, disana susah sinyal dan ngga ada warnet untuk akses internet.
Jadi, dengan sangat terpaksa, saya harus nunggu satu hari untuk akses pengumumannya. Saat beberapa teman sudah menghubungi dan mengabari betapa bahagianya mereka dapet pengumuman ketrima di salah satu PTN, saya masih sibuk menebak-nebak dan harap-harap cemas di kampung tanpa akses komunikasi yang memadai. Hahaha. Akhirnya, esok harinya, 1 Juli 2011, dengan sepupu baik hati yang mengantar saya ke desa Motoling (satu-satunya desa terdekat yang ada fasilitas warnet), saya akses juga Website www.snmptn.ac.id yang bikin deg-degan itu.
Dan hasilnya, puji Tuhan, saya diterima! Sastra Inggris Universitas Padjadjaran. :)


Ada begitu banyak pertimbangan yang terlintas di benak saya waktu itu.
Sejak SMP, Biologi telah menjadi sebuah mata pelajaran yang saya cintai sepenuh hati. Asli, cinta banget. Karena kecintaan itu pulalah, saya memutuskan untuk masuk jurusan IPA di kelas 2 SMA (tentunya karena nilainya mencukupi juga untuk masuk ke jurusan IPA), dan kemudian memutuskan untuk menempatkan fakultas kedokteran, jurusan kedokteran umum, sebagai pilihan utama untuk berkuliah. I was excited, really. Tapi ternyata semuanya memang tidak pernah semudah itu, ya.
Awal Desember 2010, saat masih semester 1 di kelas XII (3 SMA), beberapa universitas swasta telah membuka gelombang pertama seleksi masuk untuk tahun perkuliahan 2011 (tahun saya lulus). Mungkin ini menjadi salah satu strategi universitas-universitas tersebut juga untuk 'menggaet' calon mahasiswa, supaya berfikir untuk menyiapkan universitas cadangan kalau-kalau tidak diterima di PTN nantinya.
Karena itu, dengan hati mantap, saya mendaftarkan diri untuk mengikuti gelombang pertama ujian seleksi masuk (USM) fakultas kedokteran di Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Mengapa Universitas Kristen Maranatha Bandung yang saya pilih, karena FKU nya memang telah diakui dan memiliki akreditasi yang baik dan cukup recommended.
Mengikuti tes itu, saya tidak sendiri. Netta, kembaran saya, juga ikut serta. Dia, yang juga memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter (disamping cita-citanya saat itu yang ingin menjadi seorang diplomat, haha. We'll travel around the world ya, Net, someday! Without being a diplomat juga bisa kok! Hehe :p), memutuskan untuk menempatkan jurusan kedokteran umum sebagai pilihan utamanya juga.
Tes di Universitas Kristen Maranatha berjalan dengan cukup baik untuk saya, tetapi tidak untuk Netta. Hal itu dikarenakan sesaat sebelum ujian, dia diserempet oleh sebuah motor saat hendak menyeberang ke arah kampus Maranatha. Jadi begitulah, dia mengerjakan soal tes dengan kondisi nyeri karena lebam dan lecet di kedua kakinya. Lima hari setelah tes, pengumuman hasil tes pun keluar. Pengumuman tersebut diberitahukan by sms. Saat itu, Netta sudah tidak lagi berharap karena kondisinya yang memang kurang fit saat mengerjakan tes. Sementara saya, merasa cukup yakin akan lolos. Namun, yang terjadi kemudian adalah: Netta yang mendapatkan sms bahwa dia berhasil dan diterima di FKU Universitas Kristen Maranatha. Dan sampai hari itu berakhir, sms yang diterima oleh Netta sama sekali tidak masuk ke HP saya, yang artinya: saya tidak berhasil. Saat itu saya sempat bertanya-tanya, mengapa, Tuhan? karena saya merasa saya dapat mengerjakan tes tersebut dengan baik. Namun entahlah, terkadang kita memang tidak mengerti rancangan Tuhan, sampai suatu saat yang berkenan dengan waktuNya, He shows us clearly. We just gotta wait. :)
Setelah tes di Maranatha itu, saya tidak lagi mengikuti tes-tes USM lainnya sampai beberapa bulan setelahnya, karena fokus persiapan UN dan mengikuti bimbel. Kalau Netta, sih, sudah lumayan tenang, karena sudah mendapatkan universitas cadangan.


Ditengah hectic nya masa persiapan UN dan masuk PTN, saya mulai memikirkan untuk menentukan alternatif jurusan yang akan saya ambil selain kedokteran umum. Saat itulah, pilihan saya jatuh pada Sastra Inggris. Salah satu mata pelajaran yang kadar cinta saya relatif sama dengan mata pelajaran Biologi adalah mata pelajaran Bahasa Inggris. Setelah saya pikirkan kembali sekarang, ternyata saya telah menyenangi pelajaran Bahasa Inggris sejak saya masih duduk dibangku SD. Saya juga senang karya sastra. Saya senang membaca novel, cerpen, dan kumpulan sajak, dan saya senang membuat cerpen dan puisi sejak kelas 6 SD. Pada awalnya, saya selalu merasa bahwa kecintaan tersebut hanyalah hobi yang tidak akan saya arahkan kemana-mana selain tetap menjadi hobi. Tetapi dengan berbagai pemikiran, saran, serta opini dari keluarga dan teman-teman terdekat, maka saya menjadi mantap pula memilih Sastra Inggris sebagai jurusan alternatif yang akan saya ambil saat itu.
Tetapi kemudian muncul pertanyaan: Sastra Inggris masuk jurusan IPS. Basic lo di IPA, dan bimbel pun ambil jurusan IPA. Jadi lo mau gimana untuk ngejar belajar mata pelajaran IPS?Solusi yang saya ambil saat itu adalah, saya mengambil waktu ekstra di hari Sabtu sore-malam untuk belajar bersama sahabat-sahabat SMA saya yang major nya memang di IPS dan bimbel jurusan IPS. Jadi setiap hari Sabtu (terkadang Minggu juga), saya menghabiskan waktu khusus untuk belajar soal-soal masuk PTN: pagi-siang ikut bimbel IPA; sore-malam belajar IPS bersama teman-teman. Melelahkan, memang. Tapi selalu ada yang terbayarkan untuk setiap usaha, bukan? :) Yang membuat saya cukup senang pada akhirnya adalah, beberapa hari sebelum ujian SNMPTN, bimbel tempat saya belajar menyediakan fasilitas tryout SNMPTN, yang hasilnya akan disesuaikan dengan datapassing grade PTN yang dimiliki oleh bimbel. Saat itu saya mencoba ikut tryout dan memilih Fakultas Sastra Jurusan Sastra Inggris Unpad, dan hasilnya, saya lolos. Haha. Karena itu masih tryout, saya nggak yakin-yakin banget. Hanya saja itu cukup meningkatkan rasa percaya diri saya dan membuat saya mantap untuk menjadikan Sastra Inggris Unpad sebagai pilihan alternatif. Mengapa saat itu saya pilih Universitas Padjadjaran, karena letaknya yang relatif dekat dengan Jakarta, dan pastinya dekat dengan Universitas Kristen Maranatha Bandung, tempat Netta kemungkinan besar akan berkuliah. Saya teringat pula akan keinginan waktu SMP yang pernah terselip, "suatu saat, aku mau kuliah di Unpad." Hahaha. Waktu itu saya tau Unpad dari novel-novel yang saya baca. Cukup lucu memang kalau diinget-inget lagi sekarang.

Flashback lagi ke detik-detik menjelang UN.
Pada bulan Maret 2011, sebulan sebelum UN, saya memutuskan untuk mengikuti USM kembali. Kali ini pilihan saya jatuh pada Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI). Salah satu alasan saya memilih UKI adalah karena FK UKI juga sudah memiliki akreditas yang baik, dan lokasinya yang ada di Jakarta, dimana memungkinkan saya untuk tetap tinggal bersama orangtua. Akhirnya saya mengikuti USM gelombang 3 FK UKI yang diadakan di Jakarta. Dan tanpa saya duga, hasilnya sama seperti yang di Maranatha: saya dinyatakan tidak lolos. Kembali saya down. Tuhan, ada apa denganku? Pertanyaan itu terus muncul dan muncul, menguras habis rasa percaya diri saya. Pemikiran saya saat itu adalah: kalau di universitas swasta yang skalanya ratusan orang saja kamu belum bisa bersaing, gimana nanti mau ikut SNMPTN yang pesertanya sampai ribuan orang? Saat itu, saya sedih. Mungkin lebih kepada rasa tidak mengerti juga, karena saya merasa bisa mengerjakan seluruh soal dengan baik.
Tetapi, ya, mungkin memang seperti itulah cara kerja Tuhan. Kita hanya harus percaya dengan rancanganNya dalam hidup kita.
Singkat cerita, masa-masa UN pun selesai, dan saya tinggal fokus pada bimbel, SNMPTN, dan segala hal terkait seleksi masuk perguruan tinggi. Sambil tetap menjalankan rutinitas belajar soal-soal masuk PTN, pikiran saya terusik oleh sebuah jurusan yang menjanjikan dan juga "melibatkan" unsur Biologi dan Kimia sebagai elemen utama pembelajarannya: jurusan Teknik Lingkungan! Saya mencari tahu banyak hal tentang jurusan tersebut, prospeknya, perkuliahannya seperti apa, dsbnya. Oleh karena itu, dengan mantap saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti ujian SNMPTN Jalur Tertulis dengan mengambil Tes Ilmu Pengetahuan Campuran (IPC), dengan pilihan 1 FK Universitas Sam Ratulangi Manado, pilihan 2 Teknik Lingkungan Universitas Indonesia, dan pilihan 3 Sastra Inggris Universitas Padjadjaran Bandung. Ketiganya, tentunya memiliki porsi penting dalam pertimbangan saya.
Pertengahan bulan Mei 2011, FK UKI kembali membuka USM gelombang ke-4. Saat itu, saya memutuskan untuk mengikuti kembali tes tersebut. Kali ini, saya mengikuti USM tersebut sebagai pembuktian kepada diri sendiri dan sebagai cadangan juga kalau-kalau tidak dapat PTN. Dan puji Tuhan, di tes (nyaris-hopeless) ke-3 saya di FK universitas swasta ini, saya lolos. Pengumuman itu saya dapat tidak lama setelah saya mengikuti ujian SNMPTN Tertulis tanggal 31 Mei - 1 Juni 2011. Tuhan tuh emang baik. Dia nggak biarin saya hidup dalam kekhawatiran. Saat itu, saya bisa buktiin ke diri saya sendiri kalau saya mampu, dan paling tidak, saya masih punya satu pilihan ini kalau-kalau tidak diterima di PTN manapun lewat jalur SNMPTN Tertulis.


Kembali ke momen diatas, saat saya dapet pengumuman SNMPTN. Bersyukur, sudah pasti. Sedikit bingung, iya.
Kondisinya saat itu adalah saya sudah diterima di FK UKI, dan Netta sudah mantap masuk ke FK Maranatha.
Tentu saja, disatu sisi saya merasa cukup bangga karena dapat diterima di PTN, dan Unpad pun telah menjadi salah satu PTN impian saya sejak SMP. Disisi lain, FK pun sudah menjadi jurusan impian saya sejak SMA. Dan menyadari bahwa UKI adalah salah satu institusi terbaik di Indonesia untuk menimba ilmu kedokteran, saya merasa saya tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini begitu saja. Sumber kegalauan lainnya adalah lokasi kuliah yang berbeda. Kalau saya di UKI, saya akan stay di Jakarta, dan Netta sudah pasti menetap di Bandung dan bakal jarang pulang karena rutinitas kuliah di FK yang memang sangat padat. Secara psikologis, agak sulit untuk kami, ya, sebenarnya, untuk berpisah, karena tidak terbiasa. Sikap ketergantungan satu sama lain inilah yang kemudian menjadi pertimbangan saya juga. Ah, memang banyak sekali pertimbangan saya saat itu. 
Tetapi, malam itu, dihari yang sama saat saya menerima pengumuman SNMPTN, papa mendatangi saya dan mengajak ngobrol. Beliau tahu, beliau tahu persis kegalauan hati anaknya. :)) saya masih inget waktu itu beliau bilang, "papa kasih kamu waktu 2-4 hari untuk berfikir ya dek." Cepat memang, karena saya memang harus buru-buru memutuskan, untuk mengurus segala keperluan administrasi dan sebagainya. "Kita terserah kamu. Kamu yang tentukan karena ini masa depanmu. Apapun pilihanmu papa dukung. Bawa dalam doa terus, minta petunjuk Tuhan. Beriman selalu kalau Tuhan akan kasih yang terbaik." Saat itu saya hanya bisa memeluk papa dan tentu saja memintanya untuk mendoakan saya juga.
Dalam empat hari itu saya terus menerus berdoa, tak henti-hentinya menimbang semua hal. Kembali sisi manusia saya muncul: kenapa Tuhan tempatkan saya di posisi seperti ini? Dimana saya harus memilih antara dua hal yang benar-benar saya inginkan? Maksudmu apa, Tuhan? kalau dipikir-pikir, saya ini emang nggak tahu diri, ya. Hehe. Bisanya protes doang ke Tuhan. Tapi ternyata, pada akhirnya saya tahu, bahwa lewat hal ini, Tuhan cuma pengen ngajarin saya untuk ambil keputusan. Bukan keputusan gampangan, tapi keputusan sangaaaat besar yang akan berpengaruh untuk masa depan saya sendiri. Dan pastinya, Tuhan pengen ngajarin saya buat SELALU bergantung sama Dia, buat membawa semua kekhawatiran saya ke Dia lewat doa (dan puasa). Ya, waktu itu saya sempet puasa juga untuk semakin bergantung dan intim dengan Tuhan.
Hasilnya? Memang tidak mengecewakan. :) Di hari ke-4 setelah terima pengumuman, saya tiba-tiba mendengar sebuah bisikan. Saya beriman bahwa itu suara Tuhan, yang berbicara dalam hati saya. Sederhana saja, cuma ini: "Nessa, ambil Unpad nya." Waktu itu saya masih kurang ngerti, kaget, but it kept surrounding in me. Saya berdoa dan berdoa lagi. Sampai akhirnya saya sampai disatu titik, untuk mantap ambil keputusan. Doa terakhir saya waktu itu, "Oke, Tuhan, aku ambil Unpad nya. Aku lepas UKI nya. Aku tahu, ini yang terbaik yang dari Tuhan. Terimakasih."


Akhirnya, saya jalani kuliah di Sastra Inggris Universitas Padjadjaran dimulai dari bulan Agustus 2011 dan beradaptasi dengan segala hal sebagai mahasiswa baru (maba), yang ternyata...sangat-sangat menyenangkan! Wah, saya bahagia banget, dan menikmati setiap proses sebagai mahasiswa Unpad. Selain lokasi yang tidak terlalu jauh dari Bandung yang memungkinkan saya untuk rutin ngunjungin dan nginep di Netta (hampir selalu saya yang ke Netta sih, karena waktu perkuliahan yang tidak sepadat mahasiswa FK. Haha), Nangor juga cukup nyaman. Segala keperluan sudah tersedia, kosan cukup nyaman dan luas (meskipun di Nangor kosan saya terkenal berhantu, hahaha). 
Saya juga bersyukur, karena selama kuliah, saya bertemu banyak sekali orang dari latar belakang suku, ras, agama, dan lingkungan yang berbeda-beda. Dosen-dosen di Sastra Inggris juga kece-kece. Banyak yang masih muda, ada juga yang sudah berumur tapi masih asik diajak ngobrol sama mahasiswa. Dan saya dikagetkan pula dengan kenyataan bahwa saya tidak sendiri: hampir semua teman-teman sekelas saya pun tidak menempatkan Sastra Inggris sebagai pilihan utama mereka. Saya juga semakin ter-encouraged dengan wejangan singkat dari salah satu dosen favorit saya dikelas saat itu, saat kami masih di semester 1. Kala itu beliau bertanya kepada kami satu persatu, Sastra Inggris menjadi pilihan keberapa, dan apa jurusan utama yang sesungguhnya sangat kami inginkan. Setelah semua mahasiswa sudah menjawab, beliau pun bercerita singkat bahwa beliau juga mengalami hal yang sama (Sastra Inggris bukan pilihan utamanya). Intinya beliau bilang, "kalian udah terjebak disini. Yaudah nyebur sekalian. Make it become enjoyable. I did the same way." Hahaha. 
Dan ternyata, lebih dari sekedar belajar Bahasa Inggris (umumnya orang akan berfikir bahwa yang kami pelajari hanyalah Bahasa Inggris plus struktur gramatikalnya), disini saya belajar pula tentang cara menulis yang baik, cara membaca serta bacaan apa saja yang tidak boleh terlewatkan, budaya masyarakat Inggris, masyarakat dengan negara berbahasa Inggris, asal mula Bahasa Inggris, dan banyaaak sekali hal lainnya yang sebelumnya tidak pernah saya ketahui. Sastra Inggris itu luas sekali cakupannya. Dan tentu saja menyenangkan untuk meng-explore-nya. Saya jadi teringat ungkapan salah satu dosen saat saya mengikuti salah satu mata kuliah di semester 5. Beliau bilang, "Sastra Inggris nggak ngajarin kamu untuk jadi orang yang saklek di satu bidang tertentu yang sudah pasti seperti kedokteran atau teknik. Tapi lebih dari itu, Sastra Inggris ngajarin kamu untuk BERFIKIR KRITIS. Dan you have to know, guys, that's cool. And that's more than anything. Trust me. So, don't let people judge you the worse one. But show them that you can!" Dan begitulah keadaannya. Dengan berkuliah di Sastra Inggris, saya semakin peka terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar. Saya belajar untuk memposisikan diri, berpendapat, berargumen, dan pastinya, mencari tahu banyak hal. Ketika ada sesuatu hal terjadi, kita belajar untuk tidak serta merta bilang "oh, yaudah sih, emang udah gini.", melainkan bilang, "ini kenapa bisa gini? asalnya darimana? penyebabnya apa? apakah akan begini, atau begitu...." semua hal menjadi pertimbangan yang akan dipikirkan baik-baik.


Bahagia saya pun semakin lengkap saat pertengahan semester 2, papa dipindah-tugaskan ke Bandung. Hal ini memungkinkan kami sekeluarga untuk tinggal satu rumah kembali dan yang pasti, saya bertemu teman-teman baru di Gereja GPIB Sejahtera yang juga "memperkenalkan" saya pada banyak nilai hidup, pengalaman, dan kekuatan sebagai suatu komunitas. Saya sangat menikmati setiap proses saya ditempa, baik di kampus, maupun di gereja. Keduanya memiliki porsi yang sama-sama penting dalam pembentukan karakter dan diri saya sampai saat ini.
Februari 2015 kemarin menjadi puncak saya menyelesaikan perjuangan saya di Sastra Inggris Unpad. Segala perjuangan yang prosesnya sangat-sangat saya nikmati sejak awal. Akhirnya, saya bersyukur, karena saya mampu membuktikan kepada diri saya sendiri bahwa saya berhasil di bidang yang saya pilih. Saya berhasil bertanggung jawab dan teguh menghadapi konsekuensi atas pilihan saya. 
Akan sangat berbeda jalannya, tentu saja, jika saat itu saya memilih FK UKI sebagaistepping stone untuk masa depan saya.
Sekarang, ketika saya flashback lagi, saya tidak henti-hentinya merasa bahagia memiliki kesempatan untuk menimba ilmu di salah satu institusi terbaik di negeri ini, yang ternyata membawa saya pada banyak sekali hal-hal baru dan menyenangkan, dan tentunya, tidak akan pernah saya lupakan. Kampus, teman-teman, UKM-UKM, perpustakaan, segala hal tentang Unpad, menjadi begitu saya rindukan sekarang. Hahaha.

Terimakasih tak terkira ini tentu saja untuk Tuhan, atas kesempatan, atas teman-teman yang baik, atas pengalaman berharga, atas bahagia, atas airmata, atas segala hal yang Dia izinkan terjadi untuk memproses saya.


Untuk adik-adik yang baru lolos SNMPTN, selamat ya!
Percayalah, Tuhan tempatkan kalian di tempat kalian masing-masing bukan suatu kebetulan.
Tuhan pasti kasih yang terbaik. Percaya, jalani, dan jadilah terang.
Selamat menikmati proses menjadi mahasiswa, Tuhan berkati senantiasa!



Jakarta, 10 Juli 2015

June 5, 2015

The best thing ever happened to me.

I'm so in love with you, Yoy..
My dear, my one-in-a-million, my amazing love..