Jarak antara cinta dan kebodohan itu memang tipis.
Kenapa pula aku masih peduli? Saat seharusnya kau memang tak perlu lagi untuk diurusi?
Aku berusaha menahan hatiku mati-matian demi untuk menghindarimu, menciptakan jarak yang sesungguhnya perlahan-lahan juga membunuhku.
Satu kata darimu hadir di social media; aku tak tahan untuk tak berkomentar.
Oh, kurang bodoh apalagi? Haruskah aku sekalian menghapusmu dari daftar pertemananku?
Dimana kedewasaan pikiran yang kita gadang-gadang saat itu?
Yang kita agungkan bersama saat memutus tali cinta? Sepakat tidak saling menghapus pertemanan masing-masing di social media manapun. Sepakat untuk mengakhiri semuanya secara baik-baik karena awalnya pun dimulai dengan baik-baik. Sepakat untuk menjalani semuanya seperti biasa tanpa paksaan tanpa tangisan dan tanpa sakit hati.
Entah aku yang bodoh atau kita berdua memang sama-sama bodoh, karena kenyataannya rasa sakit tak bisa ditepis, rasa rindu tak bisa dilawan, rasa hampa tak bisa dicegah untuk terus menusuk-nusuk sampai aku jadi mati rasa.
Seni kehilanganmu, sayang, oh, aku bodoh sekali.
No comments:
Post a Comment