February 9, 2012

Rain

Melihat hujan, tentu menyenangkan.
Hujan yang tidak terlalu deras, angin yang berhembus pelan dan perlahan, dan tanpa petir.
Apalagi jika kita menikmatinya ditemani teh atau cappuccino, buku, dan lagu-lagu teduh yang mengalun perlahan-lahan.
Yang kudapat jika ada di dalam suasana seperti itu hanyalah kenyamanan dan ketenangan yang tidak bisa ditandingi oleh apapun. Surga dunia, itu kesimpulanku.
Aku memang tidak tahu surga yang sebenarnya itu seindah dan se-menyenangkan apa (tapi aku yakin pasti sangat-sangat menyenangkan!), dan surga dunia versiku, adalah saat dimana aku merasakan situasi yang sudah aku sebutkan diatas.
Bagaimana dengan kalian? Keadaan seperti apa yang menjadi surga untuk kalian?

Dan, kali ini berbeda.

Siang sampai sore ini hujan.
Ya, hujannya deras sekali.
Dan hujan ini membawa serta teman-temannya juga: petir dan angin kencang.
Tiba-tiba, aku mules. Selalu.
Setiap melihat hujan dan angin kencang, perut ini rasanya seperti ditusuk-tusuk, sakit sekali.
Entah kenapa. Mungkin ini adalah efek dari pengalaman traumatis yang pernah aku alami saat badai di Malaysia beberapa tahun lalu.
Kejadian itu membekas. Bahkan selalu membayangi layaknya hantu yang senengnya ngejaaar aja terus.
Well, aku emang nggak tahu pasti apa iya hantu itu beneran ngejar atau gimana, cuma dari banyak hal tentang itu yang selama ini aku denger dan tahu, ya, rasanya ketakutanku bisa digambarkan seperti itu.
Jadi, jangan ditanya, kalau setiap hujan disertai angin kencang dan petir, bisa dipastikan wajahku akan pucat dan keringat dingin mengalir di pelipisku. Bahkan terkadang, tangisan kecil juga akan terdengar.

Kejadian ini adalah kejadian biasa (yang hampir selalu terjadi), namun sesungguhnya menyiksa.
Ya, menyiksa. Kenapa?
Karena berada di dalam situasi seperti ini, ada di dalam sebuah ketakutan, menurutku, adalah salah satu hal yang paling tidak diinginkan manusia untuk terjadi di dalam hidupnya.
Meskipun ini kelihatannya adalah ketakutan yang sepele dan tidak harus dipermasalahkan, tapi yang namanya ketakutan, tentu harus digantikan dengan keberanian, bukan?
Bayangkan, bagaimana jika hidup kita terus-menerus dibayangi oleh hal-hal yang seharusnya tidak perlu kita pikirkan?

Baiklah, dan sekarang, ada yang tahu bagaimana caranya mengatasi ketakutan?
Ada yang tahu?
Jawabannya (mungkin) adalah,
saat kita menyadari bahwa Tuhan lebih besar dari ketakutan kita.
Aku tidak tahu. Belum, tepatnya.
Masih terus berusaha untuk "menanam" pernyataan itu secara pribadi di dalam hati.
Pernyataan sederhana, namun aku percaya bahwa sebenarnya betapa besar makna yang terkandung didalamnya:
Tuhan lebih besar dari ketakutan kita.
Setuju?

No comments:

Post a Comment