Ada yang tidak beres dengan hatiku.
Mencoba menepis, tapi tak bisa.
Hei, kau, gadis bodoh. Bagaimana bisa? Kau tidak akan pernah bisa menyangkalnya. itu kata suara hatiku.
Mencoba melupakan, lebih tidak bisa.
Sudahlah, tidak usah kau paksakan. Justru sebaliknya, rasamu akan semakin bertambah dan bertambah, semakin kau mencoba untuk melupakannya. kata suara itu, lagi.
Betapa aku sudah jatuh terlalu dalam.
Berjalan perlahan-lahan tanpa pernah sekalipun waspada akan sekeliling, bahkan sampai tidak menyadari bahwa selama ini aku berjalan di jalan setapak yang menurun, menurun, dan semakin menurun, saat semakin jauh kakiku melangkah.
Sampai akhirnya aku tiba di tepi jurang, dan.. BODOH! suara itu, lagi.
Ia mengatakan aku bodoh karena bahkan aku tak menyadari jurang besar yang terpampang jelas didepan mata itu.
Sampai akhirnya aku jatuh...
sakit sekali rasanya. kataku sambil menangis.
Suara itu menjawab lagi. aku sudah memperingatkanmu.
Aku masih menangis. Terjatuh memang menyakitkan.
Untung kau tidak sampai mati. Ia berkata lagi, dan tertawa.
Tawa mengejek, tawa meremehkan, tawa puas.
Oh, baiklah. Aku mengalah.
Karena kali ini, memang ia yang menang (dan benar.
Sudah, tidak usah menangis lagi. Ini memang kesalahanmu. katanya lagi.
Ia seakan ber-monolog. Ah, sampai aku bosan mendengarnya.
Lalu sekarang, aku harus bagaimana!? tanyaku pelan. Frustrasi.
Aku harus melupakannya. Melupakan sakit ini. Kembali belajar berjalan. Harus. kukatakan padanya begitu.
Hanya satu ucapnya, merespon apa yang aku sebut tekad diatas.
Biarkan. Biarkan semua berlalu dengan sendirinya. Rasa sakitmu, kesedihanmu, tangisanmu. Biarkan semua berlalu dengan sendirinya. Semestinya memang begitu. Cepat atau lambat, semuanya memang akan berlalu..
No comments:
Post a Comment