Waktunya itu yg tdk ada, padahal banyak hal yg ingin saya bagi disini, sejak bbrp bulan terakhir.
Dan mumpung sempat, saya pengen nge-post khotbah "amateur" karya saya yg tdk ada apa2nya ini. Hiks, semoga saja ayah saya tidak "terkejut" membaca khotbah yg acak-adul ini.
Khotbah ini adalah syarat utk mengikuti ujian praktek Religiositas disekolah saya. Banyak kekurangannya mmg (hm, kurang semua spertinya -___-
Haha. saya mengambil tema tentang Doa yang sudah tidak asing lagi utk umat Kristiani. Yup, Doa Bapa Kami. sori kalo banyak kekurangan. Enjoy :)
KHOTBAH
Ayat Tema: Matius 6:9-13
Teman-teman, pernahkah kalian berfikir, “mengapa kita harus berdoa?”, padahal ada ayat yang mengatakan, “Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepadaNya.” Lantas, mengapa kita harus berdoa? Teman-teman, Tuhan bukan tidak tahu kebutuhan kita atau ragu-ragu memenuhinya. Calvin, seorang tokoh reformasi Kristiani pernah mengatakan: Maksud orang Kristen berdoa bukan untuk “memberitahu” Allah tentang hal-hal yang Dia tidak tahu, atau mendorong Dia supaya melakukan tugasNya, atau mendesak Dia karena seakan Dia enggan. Sebaliknya, mereka berdoa supaya mereka bisa menggugah diri sendiri untuk mencari Dia. Supaya mereka bisa mempratikkan iman mereka dengan merenungkan janji-janji-Nya. Supaya mereka bisa mempraktikkan iman mereka dengan mencurahkan semua kecemasan itu di pangkuan-Nya. Supaya mereka bisa menyatakan bahwa kepada Dia saja mereka berharap dan mengharapkan semua hal baik, bagi mereka sendiri dan juga orang lain.
Doa Bapa Kami diberikan Yesus sebagai model doa Kristen yang sejati.
Doa Bapa Kami berisi enam “permintaan”. Tiga yang pertama (Matius 6:9-10) berhubungan dengan kemuliaan Allah, yakni nama-Nya, kerajaan-Nya, dan kehendak-Nya. Sedangkan tiga yang kedua (Matius 6:10-13a) berhubungan dengan kita dan kebutuhan kita, yakni makanan sehari-hari, pengampunan, dan pelepasan.
Untuk tiga permintaan pertama, pusat perhatian kita tertuju pada kemuliaan Allah berkaitan dengan nama-Nya, pemerintahan-Nya, dan kehendak-Nya. Nama mewakili penyandang nama itu, berkaitan dengan hakikatnya, wataknya, dan kegiatannya. Jadi, nama Allah adalah Allah sendiri, sebagaimana Dia menyatakan diri-Nya. Nama-Nya kudus karena di tinggikan diatas nama lain. Kerajaan Allah adalah pemerintahan-Nya, tidak terutama karena kedaulatannya yang mutlak atas alam semesta dan sejarah, tapi waktu Kerajaan itu “mendobrak” masuk ke dunia melalui Yesus Kristus. Dan yang terakhir, kehendak Allah adalah Kehendak, dalam pengetahuan, kasih, dan kekuasaan.
Pada tiga permintaan kedua, kata sifat pemilikan berubah dari “-Mu” menjadi “kami.” Makanan sehari-hari memiliki banyak penafsiran. Ada beberapa penafsir awal yang tidak percaya bahwa Yesus menghendaki agar permintaan pertama kita adalah untuk makanan. Mereka menafsirkan permintaan ini sebagai kiasan. Bapa gereja awal seperti Tertulianus, Cyprianus, dan Agustinus menganggap bahwa yang dimaksud dengan makanan adalah Firman Allah yang “tidak kelihatan” atau roti Sakramen Perjamuan Kudus. Dan pemahaman yang sekarang lebih sering dipakai adalah penafsiran yang dibuat oleh Reformis gereja, Marthin Luther, yang mengatakan: makanan adalah lambang dari “segala sesuatu yang diperlukan untuk memelihara hidup ini, seperti makanan, tubuh yang sehat, cuaca yang baik, rumah tinggal, istri dan anak-anak, pemerintah yang baik dan perdamaian.”
Permintaan kedua dari tiga permintaan terakhir ini adalah, “ampunilah kami akan kesalahan kami”. Dosa diibaratkan kesalahan, karena itu setiap orang yang berbuat kesalahan harus dihukum. Dan Tuhan sungguh baik, sebab ketika kita telah diampuni-Nya, itu berarti Dia telah membatalkan hukuman dan tuntutan-Nya terhadap kita. Namun yang kemudian menjadi pertanyaan, sudahkah kita meminta ampun dengan tulus?
Masih bagian dari permintaan kedua ini, “seperti kamu juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Tuhan pernah berfirman lewat perumpamaan-Nya, “seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau harus mengasihani kawanmu seperi aku telah mengasihi engkau?” (Perumpamaan tentang pengampunan, Mat 18:32-33). Mengertikah kita? Tuhan tidak akan mengampuni jika kita tidak mau mengampuni orang lain.
Permintaan terakhir dari Doa Bapa Kami adalah, “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat.” (Mat 6:13). Merasa janggalkah kalian? Saya merasakannya. Di suatu waktu, saya pernah membaca sebuah ayat yang mengatakan bahwa Allah tidak mencobai kita (Yak 1:13). Lantas, untuk apa kita berdoa memohon untuk tidak dibawa oleh-Nya ke dalam pencobaan? Tafsir mengatakan bahwa kita harus memahaminya begini: perhatikan kata “janganlah membawa kami kedalam pencobaan” dalam kaitannya dengan kalimat “lepaskanlah kami dari yang jahat” dengan mengartikan “yang jahat” sebagai iblis, yang mencobai umat Allah agar berbuat dosa. Dari sinilah kita perlu memohon pertolongan Tuhan agar kita tidak sampai “jatuh”. Di lain kesempatan, saya pernah membaca ayat yang mengatakan bahwa pencobaan dan ujian baik untuk kita (Yak 1:2). Kalau begitu, mengapa kita harus berdoa agar tidak dibawa ke dalam ujian dan pencobaan? Jawaban yang paling mungkin adalah agar kita belajar mengatasi pencobaan itu, bukan menghindarinya.
Nah, sekarang, apa yang bisa kita ambil dari doa ini?
Pertama,
pada tiga bagian doa yang pertama, Tuhan Yesus mengajar kita untuk menyapa Allah sebagai “Bapa kami yang di surga”. Ini menyiratkan bahwa Dia adalah Pribadi yang Agung, Pengasih, dan Maha Kuasa. Adalah baik sesaat sebelum berdoa, kita renungkan sejenak siapa Dia yang sedang kita datangi.
Kita berdoa untuk Nama Tuhan agar Nama itu dikuduskan, yaitu agar dalam hidup kita, di gereja, dan di manapun kita berada, Nama itu diberi Kehormatan yang memang patut disandang-Nya.
Berdoa untuk kedatangan Kerajaan Allah sama juga berdoa untuk pertumbuhannya, karena melalui kesaksian kita akan penantian Kerajaan-Nya, orang akan tunduk dan percaya kepada Yesus. Mengapa? Karena Dialah sumber pengharapan dan kekuatan kita, sampai penggenapan janji-Nya terlaksana di dalam kemuliaan.
Dan sungguh bodoh jika kita, teman-teman, menolak kasih Allah lewat kehendak-Nya. Sungguh sia-sia kita berkata, “jadilah kehendak-Mu,” jika kita tidak mengimani serta melakukannya didalam kehidupan kita.
Kedua,
pada tiga bagian doa yang terakhir, Tuhan Yesus mengajar kita untuk mau menyerahkan sepenuhnya kehidupan kita ke dalam tangan pengasihan-Nya. Tuhan senang menyambut umat yang mau datang kepada-Nya. Adalah baik bagi kita menghayati semua kebaikan Tuhan melalui doa-doa kita.
Doa meminta makanan sehari-hari menyatakan bahwa pada akhirnya kita memang bergantung kepada Allah. Adakah diantara kalian yang tidak mengakuinya disini? Dalam tafsiran selanjutnya, penggalan doa ini adalah untuk masa depan yang “segera.” Yang akan kita hadapi bersama-sama dengan Dia, didalam kehidupan kita, dengan segala sesuatu yang kita perlukan untuk memelihara kehidupan ini. Kita harus hidup dari hari ke hari. “Berdoa sebelum makan” berarti kita mengakui hal ini. Mengakui Tuhan sebagai Pribadi yang selalu dan senantiasa ada bersama-sama dengan kita.
Marghanita Laski, novelis dan kritikus terkenal abad ke-20 berkebangsaan Inggris tidak merahasiakan bahwa dia ateis. Namun pada suatu hari dia membuat kejutan dengan blak-blakan mengatakan di televisi: “Yang membuat saya paling iri terhadap orang Kristen adalah pengampunan mereka; saya tidak punya siapa-siapa untuk mengampuni saya.” Dan dia benar. Pengampunan ibarat “jantung” Injil, “hidup orang percaya.” Ia ada untuk kehidupan kita. Bersyukurlah karena kita telah diampuni!
Dan meminta Tuhan melepaskan kita dari pencobaan adalah suatu pembelajaran bagi kita untuk memaknai kehidupan kita lebih dan lebih lagi. Bagaimana kita mau belajar dan berusaha melawan godaan “si jahat” iblis yang akan selalu datang dan masuk ke dalam kehidupan kita. Percayalah, tidak ada yang tidak bisa saat kita dengan tulus hati berdoa dan bertekad untuk selalu mengandalkan Tuhan.
Ketiga permohonan dalam Doa Bapa Kami itu sungguh indah, mencakup semua kebutuhan kita akan materi (makanan, dsb), spiritual (pengampunan dosa), dan moral (kuasa Allah untuk melepaskan kita dari yang jahat). Jika kita perhatikan, doa ini mengarah kepada 3 Pribadi mulia, Tritunggal. Dengan penciptaan dan pemeliharaan Bapa, kita menerima “makanan”; melalui pendamaian Anak, kita menerima pengampunan dosa; dan melalui kuasa Roh Kudus, kita dapat diselamatkan dan dilepaskan dari “si jahat”). Tidak heran doa ini diakhiri dengan apa yang kita sebut doxologi (Mat. 6:13b), yang menyatakan bahwa Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan hanyalah milik Dia, Allah Tritunggal kita sampai selama-lamanya.
Mudah mengulangi kata-kata Doa Bapa Kami seperti beo, namun jika diucapkan dan kita mau berdoa dengan tulus, sungguh besar kuasa yang dimilikinya. Apakah kita sanggup ber-Doa Bapa Kami ini dengan ketulusan? Ini adalah ujian serius terhadap kebenaran dan kedalaman pengakuan iman Kristen kita.
Selamat belajar dan mengenal lebih lagi tentang Dia. Tuhan memberkati.
Sekian. Adios!